Parman

Guru Fisika SMA Negeri 12 Bandung Jl Sekejati IV No. 36 Kiaracondong Bandung 40286 Email : Suparman_fisika@yahoo.co.id

Sunday, October 09, 2005

SEHAT DENGAN PUASA

Oleh : Prof Dr dr H Dadang Hawari
Kewajiban berpuasa, tersurat dalam Surat Albaqarah ayat 183. Ayat itu berbunyi, ''Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.'' Ayat tersebut menunjukkan tujuan puasa adalah menciptakan ketakwaan kepada Allah SWT. Dengan bertakwa, seorang hamba akan selalu taat dan patuh menjalankan perintah-Nya serta takut melanggar larangan-Nya. Dalam Surat Al Hujurat ayat 13 Allah SWT berfirman ketakwaan adalah tanda bagi kemuliaan seseorang.

Berpuasa di bulan Ramadhan itu wajib hukumnya. Bila dikaji lebih mendalam, inti dari puasa adalah pengendalian diri (self control). Orang yang sehat jiwanya adalah orang yang mampu menguasai dan mengendalikan diri terhadap dorongan-dorongan yang datang dari dalam diri maupun dari luar.
Nabi Muhammad SAW bersabda, ''Puasa itu bukanlah sekedar menahan diri dari makan dan minum, akan tetapi sesungguhnya puasa itu adalah mencegah diri dari segala perbuatan sia-sia serta menjauhi perbuatan yang kotor dan keji.'' (HR Al Hakim). Hadits tersebut memberi penjelasan bahwa seperti halnya shalat, puasa juga dapat mencegah manusia dari perbuatan keji dan munkar.
Tapi, mengapa ada orang yang puasa sambil melakukan pelanggaran hukum, norma, moral, dan etika? Orang yang seperti ini tergolong sebagai orang yang lalai dalam menjalankan ibadah puasanya. Mereka berpuasa tidak dengan sungguh-sungguh, dan tidak diniatkan karena Allah SWT. Mereka berpuasa hanya untuk riya, sehingga tidak akan mendapatkan ketakwaan dari puasanya.
Dengan berpuasa, orang akan terbebas dari beban rasa bersalah dan berdosa karena perbuatannya di masa lampau. Puasa juga menjadi sarana pelatihan pengendalian hawa nafsu. Rasulullah SAW menyebutkan pengendalian hawa nafsu ini sebagai peperangan besar. Dalam salah satu hadits, Nabi SAW bersabda, ''Sesungguhnya peperangan terbesar (di muka bumi) adalah peperangan melawan hawa nafsu dirinya sendiri.'' (HR Thabrani di Baihaqi).
Untuk bisa menang dalam peperangan itu, kita harus meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Dengan dua senjata itu, harta, tahta, dan wanita yang kerap mengalahkan hawa nafsu, bisa kita tundukkan. Tak hanya kesehatan ruhani yang bisa kita dapatkan dari puasa. Dari berbagai penelitian ilmiah juga terbukti puasa dapat meningkatkan kesehatan fisik, psikologik, sosial, dan spiritual.
Setelah menjalankan puasa sebulan penuh, umat Islam kemudian mendapatkan Hari Kemenangan yang disebut Idul Fitri. Idul Fitri artinya kembali kepada fitrah, kembali kepada kesucian. Pada dasarnya fitrah manusia adalah suci, terlepas apakah kelahirannya itu dari perkawinan yang sah maupun tidak.
Dengan demikian, puasa juga bisa menjadi ajang pensucian diri, penghapusan dosa, dan kesalahan manusia. Rasa bersalah maupun berdosa, merupakan beban mental yang tidak baik bagi kesehatan jiwa. Perasaan tersebut akan membawa manusia jatuh dalam keadaan kecemasan, depresi, dan gangguan kejiwaan lainnya.
Dalam tradisi kita, perayaan Idul Fitri selalu diwarnai dengan halal bi halal. Satu sama lain bersilaturrahmi saling memaafkan. Dari sisi kesehatan jiwa, tradisi ini sangatlah baik. Aktivitas ini juga akan membantu kita mengurangi perasaan bersalah kepada orang lain.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home