Parman

Guru Fisika SMA Negeri 12 Bandung Jl Sekejati IV No. 36 Kiaracondong Bandung 40286 Email : Suparman_fisika@yahoo.co.id

Tuesday, September 27, 2005

Riwayat Pendidikan


SDN. LOBENER II JATIBARANG INDRAMAYU LULUS TAHUN 1986

SMPN I LOHBENER INDRAMAYU LULUS TAHUN 1989

SMA NEGERI I INDRAMAYU LULUS TAHUN 1992

IKIP BANDUNG JURUSAN FISIKA LULUS TAHUN 1997

BEKERJA DI SMA NEGERI 12 BANDUNG SEJAK TAHUN 1998 SAMPAI SEKARANG

4 Comments:

At 8:50 PM, Blogger SUPARMAN, S.PD. said...

TATA SURYA


EARTHKEEPER HERO:
TATA SURYA
by PARMAN from Bandung


Tata Surya (Internet)


Tata Surya merupakan kumpulan benda langit yang terdiri dari planet-planet, meteor, satelit, planetoid, yang bergerak mengelilingi matahari. Karena matahari merupakan bintang yang terbesar di Galaksi Bima Sakti



Tata surya


Menurut Pendapat Copernicus (Heliosentrisnya) Matahari merupakan pusat peredaran tata surya, bukan bumi (geosentris) yang merupakan pusat peredaran tata surya

Planet terdiri dari sembilan planet yaitu merkurius, venus, bumi,mars, yupiter, saturnus, uranus, neptunus, pluto.




Alam semesta


Alam semesta ini begitu luas tetapi manusia yang ada di bumi ini begitu kecil dibandingkan dengan alam semesta. kesimpulannya jangan manusia sombong





Written by PARMAN from Bandung

 
At 11:15 PM, Blogger SUPARMAN, S.PD. said...

Oleh : A Ilyas Ismail
Memperbaiki Ahklak

Akhlak, menurut para pemikir Muslim, menunjuk pada kondisi jiwa yang menimbulkan perbuatan atau perilaku secara spontan. Dikatakan, orang yang memiliki mental penolong, ketika melihat kesulitan-kesulitan yang dialami orang lain, akan memberikan pertolongan secara spontan, tanpa banyak mempertimbangkan atau memikirkan untung-rugi. Jadi, akhlak menunjuk pada hubungan sikap batin dan perilaku secara konsisten.

Apakah akhlak yang merupakan watak dari manusia itu dapat diubah? Jawabnya adalah bisa. Menurut Al Ghazali, akhlak bisa diubah dan diperbaiki, karena jiwa manusia diciptakan sempurna atau lebih tepatnya dalam proses menjadi sempurna. Oleh sebab itu, ia selalu terbuka dan mampu menerima usaha pembaruan serta perbaikan.

Al Ghazali menambahkan, perbaikan harus dilakukan melalui pendidikan dan pembinaan pada sikap dan perilaku konstruktif. Pembiasaan tersebut dilakukan melalui metode berbalik. Sebagai contoh, sifat bodoh harus diubah dengan semangat menuntut ilmu, kikir dengan dermawan, sombong dengan rendah hati, dan rakus dengan puasa. Proses pembiasaan ini tentu saja tidak bisa dilakukan secara instant tapi membutuhkan waktu, perjuangan, dan kesabaran yang tinggi.

Ibnu Maskawaih, dalam buku Tahdzub Al Akhlaq mengusulkan metode perbaikan akhlak melalui lima cara. Pertama, mencari teman yang baik. Banyak orang terlibat tindak kejahatan karena faktor pertemanan. Kedua, olah pikir. Kegiatan ini perlu untuk kesehatan jiwa, sama dengan olahraga untuk kesehatan tubuh. Ketiga, menjaga kesucian kehormatan diri dengan tidak mengikuti dorongan nafsu. Keempat, menjaga konsistensi antara rencana baik dan tindakan. Kelima, meningkatkan kualitas diri dengan mempelajari kelemahan-kelemahan diri.

Di samping itu, perbaikan akhlak memerlukan idealisme, yaitu komitmen yang tinggi untuk selalu berpihak kepada yang baik dan yang benar. Perbaikan akhlak berbeda dengan perbaikan pada sektor-sektor lain. Perbaikan akhlak tidak dapat diwakilkan karena keputusan untuk berpihak kepada yang baik dan benar itu harus datang dan lahir dari kita sendiri.

Idealisme seperti itu menjadi lebih penting lagi, karena daya tarik kebaikan pada umumnya dikalahkan oleh daya tarik keburukan dan kesenangan duniawi. Pemihakan pada kebaikan sebagai inti dari ajaran akhlak benar-benar membutuhkan komitmen dan tekad yang kuat agar kita sanggup melawan dan mengendalikan kecenderungan-kecenderungan nafsu. Inilah sesungguhnya makna sabda Nabi SAW, ''Surga dipagari oleh kesulitan-kesulitan, sedangkan neraka dipagari oleh kesenangan-kesenangan.''

Betatapun tingkat kesulitan yang dihadapi, perbaikan akhlak harus tetap kita upayakan. Soalnya, agama itu pada akhirnya adalah akhlak. Dalam perspektif ini, seseorang tak dapat disebut beragama jika ia tidak berakhlak. Rasulullah SAW bersabda, ''Sesungguhnya aku tidak diutus kecuali untuk membangun kualitas-kualitas moral.'' (HR Malik). Wallahua'lam.

 
At 11:19 PM, Blogger SUPARMAN, S.PD. said...

Manfaat Malu
Rasulullah SAW bersabda, ''Hendaklah kamu merasa malu kepada Allah SWT dengan malu yang sebenarnya.'' Para sahabat menjawab, ''Ya Nabiyullah, alhamdulillah kami sudah merasa malu.'' Kata Nabi, ''Tidak segampang itu. Yang dimaksud dengan malu kepada Allah SWT dengan sebenarnya malu adalah kemampuan kalian memelihara kepala beserta segala isinya, memelihara perut dan apa yang terkandung di dalamnya, banyak-banyak mengingat mati dan cobaan (Allah SWT). Siapa yang menginginkan akhirat hendaklah ia meninggalkan perhiasan dunia. Siapa yang telah mengamalkan demikian, maka demikianlah malu yang sebenarnya kepada Allah SWT.'' (HR Tirmidzi dan Abdullah bin Mas'ud).

Hadis tersebut menggambarkan betapa besarnya manfaat rasa malu dalam mengontrol kehidupan seorang Muslim. Mulai dari cara berpikir dan apa yang dipikirkan, cara menjaga perut dari makanan haram, sampai sikap hidup yang senantiasa ingat pada kematian, bisa dimasukkan sebagai refleksi dari rasa malu kepada Allah SWT.

Semakin tinggi rasa malu seseorang kepada Allah SWT, semakin terjaga ia dari perbuatan salah, semakin terpelihara ia dari makanan haram, dan semakin ingat ia akan kefanaan dunia yang melenakan. Sebaliknya, semakin hilang rasa malu pada seseorang, semakin tak terkontrol perilakunya, semakin terbiasa dengan makanan haram, dan semakin lupa dengan akhirat.

Nabi Muhammad SAW pernah menjelaskan bahwa memelihara rasa malu kepada Allah SWT akan mendatangkan kebaikan, baik bagi orang yang memeliharanya maupun bagi orang lain. Sabda beliau, ''Malu tak akan datang kecuali dengan kebaikan.'' (HR Muslim dari Imran ibn Husein). Dengan kata lain, rasa malu akan mendidik seorang Muslim untuk menjaga perilaku, sikap, maupun ucapan.

Menurut Buya Mawardi Muhammad dalam Kitab Jawahir Alhadits, rasa malu merupakan sesuatu yang mencegah seorang Mukmin dari perbuatan dosa lantaran takut kepada Allah SWT. Ada ataupun tidak ada orang lain yang melihat, ia tetap berpegang pada keyakinan bahwa Allah SWT senantiasa mengawasinya. Dia akan senantiasa menyadari bahwa tak ada satu ruang pun yang luput dari pengamatan Allah SWT.

Sedangkan kalau malu hanya berpatokan pada pandangan manusia, maka hal itu akan melahirkan manusia-manusia yang bersikap munafik. Di depan banyak orang, dia akan bersikap baik, santun, ramah, dan sebagainya. Begitu tidak terlihat banyak manusia, dia akan berkhianat, korupsi, menyengsarakan orang lain, serta melakukan kejahatan lainnya.

Rasa malu merupakan identitas bagi setiap Muslim. Rasulullah SAW bersabda, ''Bagi setiap agama ada akhlak. Akhlak agama Islam adalah malu.'' (HR Malik dari Zaid ibn Thalhah). Artinya, rasa malu merupakan bagian yang tak boleh terpisahkan dari diri setiap Muslim.

Begitu hilang rasa malunya, maka hilang pula kepribadiannya sebagai seorang Muslim. Ia akan terbiasa berbuat dosa, baik terang-terangan maupun tersembunyi. Makanya, sangat wajar jika Rasulullah SAW murka terhadap orang yang tak punya rasa malu

 
At 11:21 PM, Blogger SUPARMAN, S.PD. said...

Isi Perut
Rasulullah SAW bersabda, ''Ketahuilah, sesungguhnya, hal paling memberatkan dialami oleh anak cucu Adam manakala terbaring dalam kuburnya adalah isi perutnya. Karenanya, janganlah kalian masuki perut kalian kecuali dengan yang halal dan baik.'' (HR Bukhari).

Salah satu kebutuhan alamiah manusia adalah makan dan minum. Kebutuhan serupa juga menjadi milik makhluk hidup lain yang ada di bumi ini. Bedanya, segala yang tersedia di permukaan bumi ini --temasuk segala makanan dan minuman-- disediakan oleh Allah SWT untuk manusia. Allah SWT berfirman, ''Dialah yang telah menciptakan semua yang ada di atas permukaan bumi.'' (QS Al-Baqarah: 29). Allah SWT telah memperkenankan manusia untuk menikmatinya dengan beberapa catatan penting yang mesti diperhatikan.

Pertama, hendaknya manusia tidak berlebih-lebihan saat makan dan minum. Dalam Surat Alan'am ayat 141 Allah SWT berfirman, ''Dialah yang telah menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang menghasilkan buah, zaitun, dan delima yang serupa bentuk dan warnanya dan yang tidak serupa rasanya. Makanlah saat semua itu berbuah. Tunaikanlah haknya saat hari pemetikan. Jangan kalian berlebih-lebihan. Sesungguhnya, Allah tidak suka terhadap orang yang berlebih-lebihan.'' Kedua, hendaknya makan dan minum yang halal dan baik (menyehatkan). Allah SWT berfirman, ''Makanlah dari apa-apa yang telah Allah karuniakan kepada kalian berupa makanan dan minuman yang halal lagi baik (untuk kesehatan). Bertakwalah kepada Allah yang telah kalian imani secara paripurna.'' (QS Almaidah: 88).

Ketiga, selalu bersyukur dengan apa yang telah Allah SWT karuniakan kepada kita. Bersyukur tidak hanya sebatas mengucapkan kata 'alhamdulillah'. Akan tetapi, perkataan itu lantas dibuktikan lagi dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas dalam beribadah, juga dalam beramal saleh. Sedekah merupakan salah satu bentuk syukur yang konkret.

Allah SWT berfirman, ''Itulah kitab (Alquran) yang tidak ada keraguan di dalamnya. Karena, ia adalah sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Yaitu, mereka yang beriman terhadap hal-hal gaib, mendirikan shalat, dan memberikan sebagian karunia yang Kami berikan kepada mereka untuk orang lain.'' (QS Al-Baqarah: 2-3).

Segala makanan dan minuman yang ada di atas permukaan bumi ini pada hakikatnya adalah karunia tak ternilai yang Allah SWT berikan untuk umat manusia agar menjalani hidup dan kehidupannya sesuai tuntunan Allah SWT dan rasul-Nya. Maka, menaati dan mematuhi tata aturan Allah SWT dan rasul-Nya dalam mengelola segala karunia Allah SWT itu mutlak diperlukan.

Allah SWT dan rasul-Nya sudah menegaskan koridor-koridor yang mesti dijaga oleh manusia dalam memperlakukan makanan dan minuman. Jika koridor-koridor itu dilanggar, maka manusia bisa terjerumus untuk memilih makanan dan minuman haram dalam mengisi perutnya. Kesesatan seperti itulah yang bakal memperberat manusia saat harus mempertanggungjawabkan segala perbuatannya di akhirat kelak. Wallahu a'lam.

 

Post a Comment

<< Home